SEJARAH: Wong Fei Hung Ternyata Ulama dan Pendekar Sekaligus
Tabib September 28, 2009
Posted by qnoyzone in humanis, relijiuz.
Tags: Faisal Hussain Wong, muslim, sejarah, Wong Fei Hung
trackback
Tags: Faisal Hussain Wong, muslim, sejarah, Wong Fei Hung
trackback
Posted by: wido.supraha@yahoo.com.sg,
Fri Oct 9, 2009 [Sabili, Senin, 28 September 2009
18:43] – Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan
tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti
sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang
lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat
menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.
Selama ini kita hanya mengenal Wong
Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam
film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet
Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?
Wong Fei Hung adalah seorang Ulama,
Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai
Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering
berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga
supremasi kekuasaan Komunis di China.
Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun
1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong
Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama
Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila
di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.
Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah
seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri
tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan
bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan
seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu
beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan
Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong
Fei Hung.
Kombinasi antara pengetahuan ilmu
pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi
pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu
orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat
Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.
Pasien klinik keluarga Wong yang
meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak
mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu
setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah
pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu
tanpa pamrih.
Secara rahasia, keluarga Wong
terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch´in
yang korup dan penindas. Dinasti Ch´in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan
Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai
satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk
agama Islam.
Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat
beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru
ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung
Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang
legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan
andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah
seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian
oleh pemerintahan Dinasti Ch´in pada 1734.
Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin
pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch´in yang
datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja
pemerintah Ch´in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing
(Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan
berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch´in.
Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi,
Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an
tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia
berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin
sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun
efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus.
Selain dengan tangan kosong, Wong
Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton
pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia
seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30
orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya
karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.
Dalam kehidupan keluarga, Allah
banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu
insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena
istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong
Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok
Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai
Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan
turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.
Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal
dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya
sebagai pahlawan pembela kaum mustad´afin (tertindas) yang tidak pernah gentar
membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas
orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang
dimilikinya.
Wong Fei-Hung wafat dengan
meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup
mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim
selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan
semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup
setelahnya. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar